Rabu, 16 November 2011

Catatan bue [1] : ketika dia datang

Awalnya aku begitu canggung bila berhadapan dengan makhluk mungil yang disebut bayi. kecanggungan itu cukup terlihat, hingga orang yang melihat aku berinteraksi dengan bayi bisa dipastikan akan berkomentar soal kecanggunganku yang tampak nyata. Entah dari sisi kesigapan dalam menggendong atau ketika berinteraksi dengan bayi pikiranku waktu itu adalah musti ngomong apa?emang dia(bayi) ngerti?

Hingga akhirnya tahun 2006 aku memperoleh keponakan pertamaku, seorang bayi laki-laki lucu, berkulit putih sangat tampan perlahan lahan kecanggungan aku menghilang. Mulai dari belajar menggendong, belajar memandikan, menyuapi makan sampai bersihkan pup pun aku pelajari, hilang sudah kecanggungan dan aku berkata, aku ingin bayi seperti ini.

Tahun 2008 alhamdulillah Allah menyampaikan jodohku, selang sebulan pernikahan aku di berikan rizki hamil. sempat ada perasaan was was bagaimana kalo aku lebih mencintai keponakanku dibanding anakku sendiri? bagaimana kalo aku beranggapan anakku tidak lebih lucu dibanding keponakanku?. tapi hanya tawa keluar sebagai respon baik dari kakak dan suamiku, dan meyakinkanku yang namanya ibu ya pasti akan lebih sayang pada anaknya, ga mungkin engga. Alhamdulillah hatiku pun tenang.

9 bulan penantian sang buah hati, tak pernah lewat seharipun tanpa elusan dan obrolan antara aku dan anakku. segala aku lakukan, mendengarkan musik klasik, mengaji, sampai mengerjakan tes iq dengan harapan semoga anakku nanti menjadi orang yang pintar. soal nama? sudah aku siapkan jauh jauh hari bahkan sebelum aku bertemu dengan calon suamiku dan menikah tepatnya nama itu aku siapkan sejak aku masih kuliah di tingkat kedua, dan Alhamdulillah ternyata Allah menakdirkan anak pertamaku lelaki, pas :).

Royyan Nurrahman yang artinya pintu surga untuk orang orang yg berpuasa cahaya dari sang maha penyayang. Royyan adalah nama yang aku pilihkan, sedangkan Nurrahman dipilihkan oleh suamiku. Nama yang mempunyai kenangan juga, karena dengan id itulah suamiku melakukan pendekatan padaku berpura pura jadi mantan muridku.

Tahun 2009, 8 ramadhan saat jalan pagi aku mulai merasa ada yang beda. Dan pada saat senam hamil suster merasakan ada yang tidak biasanya dengan detak jatung anakku. Selesai senam hamil aku ditawarkan untuk pemeriksaan dalam dan ternyata sudah bukaan 1.

Dengan rasa haru dan senang aku pulang ke rumah ingin mengabarkan pada suamiku yang memang sedang di rumah. jauh hari sebelumnya aku selalu berkata pada dede, "lahirnya kalau bapak ada bareng ibu yah". Mengingat ini kelahiran pertamaku dan setiap senin-jumat suamiku selalu berada dijakarta.

1 hari berlalu, belum ada perubahan. Tanggal 9 ramadhan atau 30 agustus aku masih sempat jalan jalan pagi ke daerah perumahan polisi. Dalam perjalanan pulang sempat bertemu dengan seorang anak yang duduk diam di depan rumahnya, wajahnya nampak familiar di mataku seolah aku sering melihatnya. Aku lupa apa yang aku pikirkan saat itu yang aku tau pertemuan itu cukup berkesan buatku, entah kenapa akupun tak tahu.

Menjelang jam 8 malam pembukaanku belum bertambah masih terhenti di angka 2. Tapi semakin lama rasa mulas semakin terasa menghebat.jam 11 malam akhirnya memutuskan kembali ke rumah bersalin, namun lagi lagi karena pembukaan masih 2 akupun diminta untuk kembali pulang. Sempat kesal dan stress, belum lagi merasa karena suamiku malah tertidur sementara kaki terasa pegal dan mulas semakin menjadi rasanya ingin teriak.

Waktu terasa lama berputar, dahsyatnya mulas membuatku tak perhatian pada waktu, mulai dari mengatur napas, relaksasi dengan bola besar sampai melantunkan asmaul husna dengan kencangnya demi mengalihkan rasa sakit, tapi semuanya tak berhasil.

Saat itulah mungkin menyadari betapa beratnya perjuangan menjadi ibu, rasa sakit tak tertahankan seolah ingin berkata "sudaah cukuuup, cepat keluarkan bayi ini" hehe begitu mungkin kasarnya. Secara tak sadar bahkan aku meminta suamiku untuk menggantikan posisiku dan tentunya itu tak mungkin.

Beberapa jam yang terasa berabad abad itu akhirnya mencapai puncaknya sekitar jam 4 kurang aku mulai merasa ingin mengeden, ah mungkin sudah waktunya. Berangkat dari rumah dengan tak lupa meminta doa dari mamah sambil mohon maaf aku ditemani suami pergi ke rumah bersalin. Entah kekuatan dari mana tapi waktu itu aku setengah berlari menuju bersalin.

10 ramadhan rupanya akan menjadi hari pertemuan kami berdua. Setelah melalui 1 hari dengan mulas kini saatnya bertemu dengan sang jagoan. 9 bulan mengandung dengan hasil pemeriksaan selalu sehat dan normal membuatku harap harap cemas, seorang bayi lucu sehat dan tampan seperti bapaknya akan segera datang ke pangkuanku.

Begitu sampai rumah bersalin yang memang dekat rumah aku langsung masuk ruang bersalin. Karena kondisiku akhirnya aku diberikan oksigen. Ternyata sudah pembukaan 7. Rasa hati ingin mengeden tapi suster bilang jangan, tunggu dokter katanya. Setengah jam kemudian dokter datang dan langsung di suruh ngeden, sempet kaget kok langsung emang udah pembukaan 10. Tapi yo sudahlah, dengan hanya 3x ngeden sambil melafadzkan nama Allah, alhamdulillah Royyan pun lahir ke dunia :).

04.28 waktu dimana akhirnya mas Royyan dilahirkan, tanpa suara tangis dan badan biru. saat itu aku tak ada curiga apa apa sewaktu ngeden pun aku sempat melihat kulihat Royyan yang biru tapi karena konsen ngeden tidak aku pikirkan. Hanya rasa lega karena akhirnya bisa bertemu dengan anakku, suka cita menyeruak dari hati ku Allahku akbar terima kasih ya Allah. Kecupan dari suamiku pun melengkapi kebahagiaan ini, dan saat itu aku bersyukur suamiku sempat tertidur dulu sebentar jadinya bisa terus menemaniku pada saat proses lahiran.

Royyan sempat masuk inkubator dulu, sambil menunggu untuk proses IMD aku tak berhenti bicara, sungguh semua rasa sakit dahsyat yang aku alami sebelumnya seolah hilang tanpa jejak bahkan seolah itu hanya mimpi. Meski proses IMD royyan tidak berjalan lancar, hanya baru setengah jam suster berkata cukup tapi aku sudah merasa senang.

Paginya Royyan sempat aku jemur, ada yang berbeda telapak kaki Royyan yang sebelah kanan terlipat. Bibir royyan pun nampak gelap sekali, ah mungkin karena baru lahir pikirku. Siang hari aku mulai menyadari, semakin dilihat wajah Royyan nampak familiar di mataku. seolah aku sering melihatnya. kemuraman nampak di wajah-wajah keluargaku yang berkunjung, bahkan suamiku sempat menghilang untuk beberapa lama. tapi aku terlalu bahagia dengan kedatangan bayi baruku.

hingga keesokan harinya suamiku akhirnya mengatakan hal sebenarnya pada ku. "din, pernah dengar down syndrom?". aku yang tak mau terlihat bodoh dimata suamiku berkata iya aku pernah membacanya, lalu airmata suamiku tumpah aku bingung. suamiku menjelaskan bahwa anak kami tidak akan seperti anak anak lainnya, dia akan butuh banyak bantuan, otot otot Royyan lemah, dan aku hanya berkata so what emang kenapa? kita tinggal latih dia lama lama juga pasti ntar bisa.

Melihat kesedihan masih belum hilang dari wajah suamiku, aku menjadi was was. begitu kembali ke kamar aku langsung googling untuk mencari tau apa itu downsyndrom, masyaAllah tak kuasa aku menahan tangis. cobaan apa yang Engkau timpakan untuk kami jeritku. Suamiku masuk kamar, aku berusaha menyembunyikan tangisku tapi suamiku tau dan kamipun akhirnya menangis bersama. saling meminta maaf, merasa bersalah akan keadaan anak kami.

Dan akhirnya aku mengerti mengapa kelahiran Royyan tidak begitu gegap gempita seperti halnya 2 keponakanku yang lain, karena semua merasakan kesedihan mendalam akan keadaan Royyan.

Aku masih ingat, waktu itu aku berkata "Aku udah hamil royyan 9 bulan ga mungkin aku malu atau g akan sayang Royyan. Kita masih masih beruntung Royyan lahir dan hidup meski downsyndrom, daripada Royyan meninggal?lebih sedih mana? ". Saat itu aku teringat akan salah seorang sahabatku yang baru kehilangan anaknya 2 bulan menjelang ulang tahunnya yang kedua.

Sungguh dibalik semua ucapan positif yang kami berdua sampaikan satu sama lain mulai dari "Allah ga akan pernah menguji hambaNya jauh melebihi kemampuannya", "pasti ada hikmah dibalik semuanya" tetap rasa sedih itu ada dalam hati kami. Terlebih lagi harapan harapan kami sebelum Royyan lahir seolah kandas di hempas badai.

Tapi, sekali lagi Nikmat Allah yang manakah yang kau dustakan. Dibalik semua kesedihan selalu ada hikmah di dalamnya. Dan itupun yang kami dapatkan pada Royyan, anak downsyndrom kami si kembar 1000. Dan ternyata petunjuk Allah sangatlah nyata untukku, anak yang aku temui sehari sebelum melahirkan adalah salah satu kembaran Royyan, yaitu salah seorang anak downsyndrome juga.

To be continued ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cosplay jadi pegawai kantoran

Belasan tahun menjadi "pegawai rumahan" yang sehari hari ngabisin waktunya untuk ngurusin hal hal domestik, berkomunikasi mostly h...